Setan adalah Musuh yang Nyata Bagimu…!!
Pernyataan Ini Jelas..
Terang
Islam sudah memberikan Gambaran siapa Musuh kita di dunia ini.
Berikut kita akan membedah beberapa sosok Tentara Iblis yang Bernama Setan
Yang memang sengaja di tugaskan menggoda kita…
saya Hamzah Al Mubarok, berharap kita semua
Dengan mengetahuinya
Diharapkan kita akan lebih berhati-hati menghadapi tipu daya setan yang keji itu
Al-Walahan : Setan Spesialis Wudhu
Bisa kita bayangkan, bagaimana canggihnya seorang pencuri kendaraan
bermotor jika setiap hari yang dipelajari dan dikerjakan adalah mencuri
motor. Ada juga pencuri spesialis elektronik, dia paling ahli soal
bagaimana menggondol barang elektronik di rumah orang yang sedang
lengah. Ternyata, iblis juga memiliki bala tentara yang dibekali
ketrampilan khusus dan ditugasi pekerjaan yang khusus pula. Iblis
menggoda manusia di setiap lini, dan di setiap lini dia siapkan
setan-setan ‘spesialis’ yang pakar dalam bidangnya.
Dalam hal
wudhu misalnya, ada jenis setan khusus yang beraksi di wilayah ini.
Pekerjaannya fokus untuk menggoda orang-orang yang wudhu sehingga
menjadi kacau wudhunya. Setan spesialis wudhu ini disebut Nabi dengan
‘Al-Walahan’. Nabi bersabda:
"Pada wudhu itu ada setan yang menggoda, disebut dengan Al-Walahan, maka hati-hatilah terhadapnya." (HR Ahmad)
Setan ini menggoda tidak hanya mengandalkan satu jurus saja untuk
memperdayai mangsanya. Untuk masing-masing karakter pelaku wudhu,
disiapkan satu jurus untuk melumpuhkannya.
Waspadai Setiap Jurusnya
Sebagian dipermainkan setan hingga sibuk mengulang-ulang lafazh niat.
Saking sibuknya mengulang, ada yang rela ketinggalan rekaat untuk
meng’eja’ niat. Niat memang harus dilazimi bagi setiap hamba yang hendak
melakukan suatu aktivitas. Akan tetapi, tak ada secuil keteranganpun
dari Nabi yang shahih menunjukkan sunahnya melafazkan niat. Bahkan tidak
ada dalil sekalipun berupa hadits dha’if, mursal, atau yang terdapat di
musnad maupun perbuatan sahabat yang menunjukkan keharusan atau
sunahnya melafazkan niat.
Dalil yang biasa dipakai adalah
hadits Nabi "segala sesuatu tergantung niatnya." Hadits ini tidak
menunjukkan sedikitpun akan perintah melafazkan niat. Jika hadits ini
dimaknai sebagai niat yang dilafazkan, berarti untuk setiap amal shalih
baik menolong orang tenggelam, belajar, bekerja dan aktivitas lain
menuntut dilafazkan niat. Apakah orang yang melafazkan niat ketika wudhu
juga melafazkan niat ketika melakukan aktivitas amal yang lain? Kalau
saja itu baik, tentunya Nabi dan para sahabat melakukannya.
Sebagian lagi digoda setan sehingga asal-asalan ketika melakukan wudhu.
Dia membiarkan anggota tubuh yang mestinya wajib dibasuh, tidak terkena
oleh air. Nabi mengingatkan akan hal ini dengan sabdanya:
"Celakalah tumit dari neraka." (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Untuk menangkal godaan ini, wajib bagi kita mengetahui, manakah anggota
tubuh yang wajib dibasuh atau diusap. Allah telah menjelaskan dalam
firman-Nya:
"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan
siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan mata kaki
..." (QS. al-Maidah : 6)
Syaikh Utsaimin menyebutkan bahwa
‘istinsyaq’ atau memasukkan air ke hidung kemudian istinsyar
(mengeluarkannya) hukumnya wajib karena hidung termasuk bagian dari
wajah yang dituntut untuk dibasuh.
Telinga juga wajib untuk
diusap karena termasuk bagian dari kepala sebagaimana hadits Nabi:
al-udzun minar ra’si, telinga adalah bagian dari kepala.
Boros Menggunakan Air
Asal-asalan berwudhu adalah jurus setan yang diarahkan bagi orang yang
malas. Sedangkan untuk orang yang antusias dan bersemangat, ‘al-walahan’
memiliki jurus yang lain. Yakni dia menggoda agar orang yang wudhu
terlampau boros menggunakan air. Timbullah asumsi bagi orang yang
berwudhu, semakin banyak air, maka semakin sempurna pula wudhunya.
Padahal anggapan ini bertentangan dengan sunnatul huda. Bahkan Nabi
mengingatkan umatnya akan hal itu. Beliau bersabda:
"Sesungguhnya akan ada di antara umat ini yang melampaui batas dalam
bersuci dan berdoa." (HR Abu Dawud, Ahmad, dan An-Nasa’i, sanadnya kuat
dan dishahihkan oleh Al-Albani).
Ada pula hadits menyebutkan,
tatkala Nabi melewati Sa’ad yang tengah berwudhu beliau bersabda:
"Janganlah boros dalam menggunakan air." Sa’ad berkata: "Apakah ada
istilah pemborosan dalam hal air?" beliau menjawab: "Ya, meskipun engkau
(berwudhu) di sungai yang mengalir." (HR Ibnu Majah dan Ahmad). Ibnul
Qayyim menyebutkan hadits ini dalam Zaadul Ma’ad, begitu pula Ibnul
Jauzi dalam kitabnya "Talbis Iblis", hanya saja Syaikh Al-Albani
menyatakan ini sebagai hadits dha’if, begitu pula dengan Al-Bushiri
dalam Al-Zawa’id.
Yang baik adalah kita tidak boros dalam
menggunakan air, termasuk ketika berwudhu. Namun bukan berarti boleh
meninggalkan sebagian anggota yang wajib untuk dibasuh.
Ragu-Ragu Ketika Berwudhu
Jurus lain yang ditujukan bagi orang yang kelewat semangat dalam hal
wudhu adalah, setan menanamkan keraguan kepada orang yang berwudhu.
Ketika orang itu selesai wudhu, dibisikkan di hatinya keraguan akan
keabsahan wudhunya. Agar orang itu mengulangi wudhunya kembali dan
hilanglah banyak keutamaan seperti takbiratul uula maupun shalat jama’ah
secara umum.
Telah datang kepada Ibnu Uqail seseorang yang
terkena jurus setan ini. Dia menceritakan bahwa dirinya telah berwudhu,
kemudian dia ulangi wudhunya karena ragu, bahkan dia menceburkan diri ke
sungai, setelah keluar darinya diapun masih ragu akan wudhunya. Dia
bertanya: "Dalam keadaan (masih ragu) seperti itu apakah saya boleh
shalat?" Ibnu Uqail menjawab: "Bahkan kamu tidak lagi wajib shalat."
Ya, tak ada orang yang melakukan seperti itu kecuali orang yang hilang
ingatan, sedangkan orang yang hilang ingatan tidak terkena kewajiban
Khanzab, setan spesialis shalat
Shalat adalah ibadah paling menentukan posisi seorang hamba di akhirat
kelak. Jika shalatnya baik, maka baiklah nilai amal yang lain, begitu
pula sebaliknya. Wajar jika iblis menugaskan tentara khususnya untuk
menggarap proyek ini. Ada setan spesialis yang mengganggu orang shalat,
menempuh segala cara agar shalat seorang hamba kosong dari nilai atau
minimal rendah kualitasnya. Setan itu bernama ‘Khanzab’.
Utsman pernah bertanya kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah, setan telah mengganggu shalat dan bacaanku.” Beliau bersabda:
“Itulah setan yang disebut dengan ‘Khanzab’, jika engkau merasakan
kehadirannya maka bacalah ta’awudz kepada Allah dan meludah kecillah ke
arah kiri tiga kali.” (HR Ahmad)
Utsman melanjutkan: “Akupun melaksanakan wejangan Nabi tersebut dan Allah mengusir gangguan tersebut dariku.”
Melafazhkan Niat
Sebagaimana halnya dengan wudhu, serangan pertama yang dilakukan setan
kepada orang yang shalat adalah menyibukkan ia untuk melafazhkan niat.
Terkadang diiringi dengan gerakan aneh, dia membaca niat lalu mengangkat
tangannya, lalu gagal dan idturunkan kembali tangannya. Dia ulangi lagi
seperti itu berkali-kali hingga terkadang imam sudah rukuk atau sujud,
sementara ia masih dipermainkan setan dalam niat dan takbirnya.
Niat dan usaha menghadirkan hati memang dituntut ketika hendak shalat,
namun tak ada tuntunan sedikitpun bagi orang yang hendak shalat untuk
melafazhkan niatnya.
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah di dalam Zaadul Ma’ad berkata:
Nabi memulai shalatnya dengan bacaan ‘Allahu Akbar’, dari Nabi beliau
tidak membaca apapun sebelumnya dan tidak melafazhkan niatnya sama
sekali. Beliau tidak mengatakan: ushalli.., ‘aku niat shalat anu karena
Allah menghadap kiblat empat rekaat sebagai imam (sebagai makmum)..”
Tidak pula beliau mengatakan ‘ada’an’ atau ‘qadha’an’, atau ‘fardhan’
dan sebagainya. Semua itu adalah bid’ah yang tidak disebutkan sedikitpun
dalam hadits yang shahih, atau dha’if, tidak pula terdapat dalam musnad
atau mursal, walau hanya satu kalimat saja. Bahkan tak satupun sahabat
mengerjakannya, tidak ada tabi’in yang menganggapnya baik, begitupun
dengan empat imam madzhab.
Orang-orang belakangan yang
membacanya keliru memahami perkataan Imam Syafi’i yang berbunyi 'shalat
itu tidak sebagaimana shaum, tidak ada orang yang memulai shalat kecuali
dengan dzikir’. Mereka menyangka bahwa maksud beliau adalah melafazhkan
niat, padahal yang dimaksud tidak lain hanyalah takbiratul ihram.”
Ingat Ini..Ingat Itu !
Serangan kedua, setan akan mendatangi orang yang tengah mengerjakan
shalat untuk mengingatkan urusan di luar shalat. Maka berapa banyak
orang yang jasadnya mengerjakan shalat namun hatinya sibuk menghitung
laba rugi perniagaan, mengingat barang yang telah hilang, atau bahkan
urusan ‘kebaikan’ yang tidak ada hubungannya dengan shalat. Tidak heran
jika usai shalat seseorang menjadi ingat letak barang yang mana ia telah
lupa sebelumnya. Setan rela ‘membantu’ orang itu untuk mengingatkan dan
menemukan barangnya kembali, asalkan shalat yang dikerjakan menjadi
rusak dan tidak bermutu. Pernah di zaman salaf seseorang kehilangan
barang, seseorang menyarankan agar ia mengerjakan shalat dan diapun
segera melaksanakan shalat. Ajaib, usai shalat tiba-tiba dia beranjak
dari tempatnya dan mengambil barang yang telah dia ingat letaknya ketika
shalat. Diapun ditanya: “Apa yang Anda dapatkan ketika shalat?” Dia
menjawab: “Aku mendapatkan bahwa setan mencuri perhatian saya dari
shalat.”
Ada yang terlalu asyik dengan khayalan dan pikirannya
tentang urusan di luar shalat, hingga dia lupa sudah berapa rekaat yang
telah dia kerjakan. Tentang godaan setan ini, Nabi SAW. bersabda:
“Jika adzan untuk shalat dikumandangkan, setan akan lari terbirit-birit
sambil mengeluarkan bunyi kentutnya sehingga tidak mendengar adzan. Jika
adzan telah usai diapun akan kembali menggoda. Ketika iqamah
dikumandangkan setanpun akan lari hingga usai iqamah setan akan
mendatangi orang yang shalat lalu membisikkan ke hati seseorang sembari
berkata: ‘Ingat ini..ingat itu..’ setan mengingatkan apa-apa yang telah
dia lupakan hingga seseorang tidak mengetahui berapa rekaat yang telah
ia kerjakan.” (HR al-Bukhari)
Ragu antara Kentut dan Tidak
Ada kalanya muncul dalam benak seseorang keraguan, apakah dia kentut
ataukah tidak. Ini adalah keraguan yang dihembuskan oleh setan untuk
mengacaukan shalat seseorang. Dia tidak lagi konsentrasi dengan
shalatnya karena ragu, atau dia akan membatalkan shalatnya, lalu dia
berwudhu dan memulai shalatnya lagi, lalu akan digoda lagi dengan cara
yang sama. Sehingga untuk satu shalat dia bisa mengulangi tiga sampai
empat kali berwudhu. Bisa dibayangkan, seandainya ada lima orang saja
dalam satu masjid yang terkena godaan ini, niscaya cukup membuat kacau
jama’ah yang lain.
Untuk menangkal godaan tersebut Nabi memberikan solusi dan informasi:
“Jika salah seorang di antara kalian mendapatkan yang demikian itu maka
janganlah membatalkan shalatnya hingga dia mendengar suaranya dan
mencium baunya tanpa ragu. (HR Ahmad)
Di antara ulama ada yang
menyebutkan bahwa hadits ini merupakan salah satu pengecualian dari
hadits da’ ma yariibuka ilaa ma laa yariibuka, tinggalkan apa yang
meragukan dan ambil sesuatu yang tidak meragukan. Dalam kasus ini kita
dilarang membatalkan shalat kendati berada dalam keraguan antara kentut
dan tidak, kecuali jika mencium bau kentut atau mendengar suaranya.
Mencuri Perhatian
Kita juga sering melihat atau bahkan mengalami sendiri menengok ketika
shalat terkadang tanpa terasa karena terbiasa. Ini juga tak lepas dari
serangan setan yang ingin merusak shalat kita. Nabi ditanya tentang
orang yang menoleh ke kanan dan ke kiri, beliau menjawab:
“Itu adalah setan yang mencuri perhatian seorang hamba dari shalatnya.” (HR Al-Bukhari dan Abu Dawud)
Untuk menangkal serangan ini, hendaknya orang yang shalat berusaha
menghadirkan hatinya, bahwa dia tengah berhadapan dengan Allah Yang Maha
Berkuasa atas segalanya. Jika Anda malu atau takut menoleh ke kanan dan
ke kiri ketika berbicara kepada pejabat, lantas bagaimana halnya jika
Anda sedang berkomunikasi dengan sang pencipta dan Penguasa para pejabat
itu?
Al - Masuth, Setan Penyebar Gosip
Memang enak
mengumbar lisan, tapi jangan tanyakan akibatnya. Hanya sepatah kata,
tanpa disadari bisa menjadi sebab bagi seseorang untuk masuk ke jurang
neraka yang amat dalam. Nabi SAW bersabda:
“Sesungguhnya, ada
seseorang yang berkata sepatah kata saja di mana dia menganggap tak ada
dampaknya namun itu (menjadi sebab) dia terlempar ke dalam neraka sejauh
tujuh puluh musim.” (HR. at-Tirmidzi)
Kebanyakan orang yang masuk neraka juga karena lisannya, seperti sabda Nabi SAW:
“Adakah yang menenggelamkan hidung (wajah) manusia ke dalam neraka selain dari hasil perbuatan lisan mereka?” (HR. Ahmad)
Sabda Nabi SAW tersebut menunjukkan bahwa lisan adalah penyebab yang
paling banyak menjerumuskan manusia ke dalam neraka, meskipun dia
seorang muslim. Namun, siksa yang menimpa muslim pasti ada akhirnya.
Para sahabat yang memahami betapa dahsyatnya bahaya lisan, sangat
berhati-hati menjaga lisannya. Ibnu Mas’ud ra. berkata: “Tiada yang
lebih layak untuk banyak dipenjarakan selain dari lisan saya.”
Iblis juga memahami hal ini. Menjerumuskan manusia ke dalam dosa lisan
menjadi wilayah garap utamanya. Maka diangkatlah seorang anaknya menjadi
pasukan khusus penyebar gosip. Qatadah menyebutkan, Iblis memiliki anak
bernama al-Masuth yang bertugas khusus untuk membuat gosip, menyebarkan
kabar burung yang tak jelas asalnya dan belum tentu kebenarannya,
sekaligus menyebarkan kedustaan. Al-Masuth memperalat orang-orang yang
hobi menyebar gosip menjadi perpanjangan lidahnya.
Dosanya Sesuai dengan Andilnya
Gosip berpotensi besar merusak kehormatan muslim, merapuhkan ukhuwah
Islamiyah dan bahkan memicu terjadinya peperangan antara kaum muslimin.
Seperti terjadi pada persitiwa ‘haditsul ifki’, berita dusta, di mana
banyak rumor berkembang bahwa ummul mukminin Aisyah telah berbuat tidak
senonoh dengan sahabat Shafwan. Akan tetapi Allah membersihkan nama
beliau ra, sekaligus mengancam pelakunya dengan firman-Nya:
“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat
keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab
yang pedih di dunia dan di akhirat.” (QS. an-Nuur: 19)
Orang-orang yang menyebarkan gosip tidak berada pada satu level dosa,
tetapi tergantung besar kecil andilnya dalam menyebarkan gosip. Allah
berfirman tentang orang-orang yang ikut andil dalam haditsul ifki:
“Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang
dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang
terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar.”
(QS. an-Nuur: 11)
Cara Kerja Setan Penyebar Dusta
Untuk menyebarkan berita bohong, setan memiliki cara yang halus dan
licik. Dia tidak membisikkan ke hati manusia yang menjadi perpanjangan
lidahnya untuk menyebarkan berita yang seluruhnya dusta. Tetapi dia
menyelipkan berita yang benar di tengah tumpukan segudang kedustaan.
Sehingga ada alasan untuk membela diri bahwa yang dikatakannya tidak
semuanya salah, tapi ada juga yang benar.
Alasan lain, pihak
yang digosip tidak marah, bahkan merasa senang. Seperti terjadi hari
ini, banyak artis malah bangga menjadi obyek gosip, meski isinya miring.
Kadang-kadang justru membuat sensasi agar digosipkan demi mendongkrak
kete-narannya. Seperti pepatah Arab ‘bul zam-zam fa tu’raf’, kencingilah
zam-zam niscaya engkau akan terkenal. Alasan ini tidak merubah status
larangan menggosip orang, menceritakan semua kabar yang didengar. Nabi
SAW memvonis orang yang gemar menceritakan setiap kabar yang didengarnya
dengan predikat ‘pendusta.’ Beliau SAW bersabda:
“Cukuplah seseorang dikatakan dusta jika dia menceritakan setiap apa yang dia dengar.” (HR. Muslim)
Mengapa orang yang menceritakan semua yang didengarnya divonis sebagai
pendusta? Karena tidak setiap kabar yang sampai kepadanya itu fakta yang
benar-benar terjadi. Besar kemungkinan bahkan pasti ada diantaranya
yang ternyata dusta. Jika dia menceritakan semua yang didengarnya,
berarti ada juga berita dusta yang dia ceritakan kepada orang lain, maka
jadilah dia pendusta.
Di sisi lain, ada informasi yang meski
benar namun tidak boleh diceritakan kepada orang lain. Seperti berita
tentang aib maupun rahasia orang lain. Inilah yang disebut dengan
ghibah. Nabi SAW bersabda: “Tahukah kalian, apakah ghibah itu? Ghibah
adalah ketika engkau menceritakan tentang saudaramu apa yang tidak dia
sukai?” Para sahabat bertanya: “Bagaimana menurut Anda jika apa yang
kami katakan memang ada pada saudaraku itu?” Beliau menjawab, “Jika apa
yang kamu katakan benar, maka berarti engkau telah menghibahnya, dan
jika yang kamu katakan tidak ada padanya maka berarti engkau telah
berdusta tentangnya.” (HR. Muslim)
Kegiatan ‘memakan bangkai’
saudaranya dan mengumbar gosip, menyebarkan kabar burung dan rumor
dianggap sebagai menu yang renyah oleh kebanyakan orang. Ada yang
bertujuan untuk menjatuhkan kehormatan, sekedar mengisi waktu atau untuk
menghibur diri:
“Dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja, padahal di sisi Allah adalah besar.” (QS an-Nuur: 15)
Al - A'war, Setan Penyeru Zina
Memoles kesesatan agar tampak baik dan menarik hati adalah jurus abadi
iblis dan antek-anteknya. Bahkan inilah jurus pertama iblis sebelum
menggoda manusia untuk bergumul dengan dosa. Allah berfirman:
“Iblis
berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku
sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan
maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,”
(Al-Hijr 39)
Maka setan menghiasi perbuatan keji terlebih
dahulu, baru dilanjutkan dengan menyesatkan manusia. Ibnul Qayyim
mengomentari ayat tersebut: “Di antara strategi iblis adalah menyihir
akal secara kontinyu hingga terpedaya, tidak ada yang selamat darinya
kecuali yang dikehendaki Allah. Dia menghiasi perbuatan yang hakekatnya
menimbulkan madharat sehingga tampak sebagai perbuatan yang paling
bermanfaat. Begitupun sebaliknya, dia mencitrakan buruk perbuatan yang
bermanfaat sehingga nampak mendatangkan madharat…”
Komandan Setan Penyeru Zina
Strategi yang sama ditempuh oleh iblis laknatullah ‘alaih untuk
menyebarkan luaskan perbuatan zina yang merupakan dosa besar di dalam
Islam. Tidak hanya itu, iblis menjadikan hal ini sebagai target utama,
sehingga dia melakukan sayembara bagi setan manapun yang mampu
menjerumus-kan manusia kepada zina, maka iblis akan memakaikan mahkota
di kepalanya sebagai tanda jasa.
Rasululah bersabda tentang hal ini:
“Jika datang pagi hari, Iblis menyebar para tentaranya ke muka bumi
lalu berkata, “Siapa di antara kalian yang menyesatkan seorang muslim
akan aku kenakan mahkota di kepalanya.” Salah satu tentaranya menghadap
dan berkata, “Aku terus menggoda si fulan hingga mau menceraikan
istrinya.” Iblis berkata: “Ah, bisa jadi dia akan menikah lagi.” Tentara
yang lain menghadap dan berkata: “Aku terus menggoda si fulan hingga ia
mau berzina.” Iblis berkata: “Ya, kamu (yang mendapat mahkota)!” (HR
Ahmad dan Ibnu Hibban, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no.
1280)
Iblis juga menyiapkan pasukan khusus yang dikomandani
oleh anaknya sendiri bernama Al-A’war. Mujahid bin Jabr, murid utama
Ibnu Abbas menyebutkan bahwa Iblis memiliki 5 anak, satu di antaranya
bernama Al-A’war. Dia memiliki tugas khusus menyeru orang untuk berbuat
zina dan menghiasinya agar nampak baik dalam pandangan manusia.
(Talbisul Iblis, Ibnu Al-Jauzy hal. 41)
Al-A’war juga merekrut
para setan dari golongan manusia sebagai tim sukses untuk
mengkampanyekan perbuatan zina. Segala cara ditempuh, segala sarana dan
media digunakan.
Memasang Banyak Umpan
Sebagaimana
seorang pemancing, dia harus memasang umpan agar ikan mau mendekati
kailnya. Maka setan memasang umpan agar si korban mau mendatangi
perangkapnya. Umpan tersebut berupa ‘Nisa’un kaasiyat ‘ariyat’, wanita
yang berpakaian telanjang, pornografi, porno aksi dan perangkatnya.
Umpan tersebut dipasang di tempat-tempat yang strategis, sehingga
memungkinkan bagi mangsa untuk melihatnya. Di antara tempat strategis
tersebut adalah televisi dan media cetak. Maka jika kita lihat di
televisi kita banyak berjejal wanita yang berpakaian tapi telanjang,
lagu dan tarian erotis, film-film jorok yang bisa disaksikan oleh semua
orang. Itu pertanda setan Al-A’war telah berhasil merekrut banyak orang
untuk dia jadikan sebagai umpannya. Demikian pula dengan tabloid, koran
dan majalah-majalah berjenis kelamin ‘XXX’ yang menjadikan pornografi
sebagai menu utama.
Dibumbui Dengan Istilah Penyedap Rasa
Al-A’war tidak membiarkan umpan-umpan itu menyebar begitu saja. Karena
masih banyak orang-orang waras yang akan merusak umpannya. Akan banyak
orang-orang sehat yang akan menegur, mencela dan memusuhinya. Untuk itu,
dia menciptakan istilah dan kilah sebagai penyedap rasa. Sehingga yang
antipati menjadi netral, yang netral menjadi simpati, yang
simpati menjadi bala-tentaranya.
Di antara istilah yang diilhamkan Al-A’war kepada para anteknya dari
golongan manusia adalah menamakan budaya telanjang sebagai bentuk
kemajuan, pacaran sebagai upaya penjajakan dan persiapan, nyanyian jorok
dan tarian erotis sebagai seni dan porno aksi disebut sebagai kebebasan
berekspresi.
Bisa dibilang bahwa menamakan perbuatan keji
dengan istilah yang berasumsi baik adalah jurus tersendiri di antara
jurus iblis yang diwariskan kepada generasinya. Seperti ketika dia
membujuk Adam dengan perkataannya:
“Kemudian setan membisikkan
pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: “Hai Adam, maukah saya
tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?”
(Thaha: 120)
Dia menyebut pohon yang dilarang dimakan buahnya
dengan pohon Khuldi, pohon yang apabila dimakan buahnya menyebabkan dia
kekal di jannah.
Tidak berbeda dengan yang dilakukan setan hari ini, mereka memberi istilah perbuatan keji dengan nama yang disukai hati.
Informasi yang menyesatkan diiringi dengan gambar yang menggiurkan jika
datang secara bertubi-tubi akhirnya dianggap sebagai hal yang biasa,
atau seakan kebenaran yang layak untuk dibela. Sebagaimana yang telah
dimaklumi bahwa dengan pemberitaan yang terus menerus, berita dusta
dianggap fakta, kesesatan menjelma sebagai kebenaran dalam pandangan
manusia. Konon media barat tidak mengenal berita yang benar atau yang
salah, tetapi berita cerdas atau bodoh. Berita cerdas adalah yang
dikemas sehingga tak nampak kedustaannya sedangkan berita bodoh adalah
berita yang tampak kedustaannya.
Nampaknya usaha Al-A’war dan
bala tentaranya betul-betul menuai panen raya. Begitu banyak generasi
kita yang jatuh ke dalam pelukannya. Mereka mengikuti bujuk rayu
Al-A’war, mendatangi umpannya, lalu menelan kailnya. La haula walaa
quwwata illa billah.
Akan tetapi, tidak sepantasnya kita
berputus asa, karena betapapun gigihnya usaha setan, bagi orang yang
beriman dan konsisten dengan keimanannya, tipu daya setan itu lemah:
“Karena sesungguhnya tipu daya setan itu lemah.” (An-Nisa’: 76)
Menjauhi umpan setan, merusaknya hingga nampak maksud jahatnya di
hadapan manusia adalah sebagian solusi dan benteng bagi kita dan umat
Islam dari serangan Al-A’war dan bala tentaranya, Wallahul muwaffiq.
)I(Hamzah)I(
Jumat, 07 Oktober 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar